Sabtu, 07 September 2019

MELAWAN LUPA - Datu Haji Abdullah Amuntai. Pertempuran Sungai Malang 1860.


"MELAWAN LUPA"

Datu Haji Abdullah Amuntai. Pertempuran Sungai Malang 1860.

 

Setelah proklamasi 11 Juni 1860 tentang penghapusan Kesultanan Banjar diumumkan oleh pemerintah Hindia Belanda, maka wilayah-wilayah Kesultanan Banjar mulai dikuasai penjajah termasuk di Amuntai, Hulu Sungai Utara.
Karena rakyat Amuntai masih setia kepada Kesultanan Banjar maka sering terjadi gangguan, cegatan, dan penghancuran kepada konvoy Belanda yang berani berpatroli di sekitar Amuntai.
Salah satu pimpinan perlawanan yang terkenal adalah Datu Haji Abdullah. Seorang alim ulama dan ahli menggerakkan aksi massa. Beliau sering menggelorakan semangat perang sabil untuk jangan menyerah dari masjid ke masjid sekeliling Amuntai.
Saat itu Belanda sudah sangat kewalahan mengalami aksi pencegatan oleh pasukan Haji Abdullah. Pada suatu sergapan di Sungai Banar, Haji Abdullah tertembak peluru Belanda di bagian paha dan terpaksa seluruh pasukannya mundur ke Kampung Sungai Malang.
Asisten Residen van Oijen mengetahui informasi ini dan mengirimkan 3 peleton tentara bersenjata lengkap ke Sungai Malang. Ketiga peleton ini dipimpin oleh perwira Belanda yang berpengalaman yaitu Letnan van Emde, Letnan Verspyck dan Letnan van Der Wijck.
Tiga peleton berangkat dari Amuntai menuju Sungai Malang tidak dengan rombongan tambur dan terompet tetapi mengendap diam-diam. Tiga orang Letnan Belanda hanya didampingi beberapa tentara sedangkan sisanya berpencar dengan formasi sembunyi.
Pada tanggal 15 September 1860 mereka sampai di rumah Haji Abdullah di Sungai Malang, Rombongan Belanda ditemui anak Haji Abdullah, Haji Yusip dan Sungit. Saat itu Letnan van Emde mengatakan hanya ingin melihat keadaan tokoh ulama Haji Abdullah dan menawarkan bantuan untuk dibawa ke Amuntai dirawat dokter. Tetapi Haji Abdullah tidak percaya karena Belanda sudah sangat sering melakukan tipu daya. Sementara itu tiga peleton Belanda sudah diam-diam mengepung rumah Haji Abdullah.
Haji Abdullah berfirasat kurang enak mengenai niat Belanda ini dan segera menyiagakan 19 orang pasukannya berjaga di seluruh rumah. Letnan van Emde memaksa untuk membawa tandu Haji Abdullah keluar rumah, dijawab oleh Haji Abdullah, "baik, bulih cuba bawa, kalau kawa!"
Van Emde dengan pedang di tangan dikelilingi 15 orang tentara Belanda memaksa masuk rumah. Tidak berapa lama terdengar teriakan Haji Abdullah, "fi sabilillah ! Subhanallah ! Allahu Akbar !" Mendengar seruan itu ke 19 anak buah Haji Abdullah merapatkan barisan dengan parang bungkul terhunus dan langsung menyerang pasukan Belanda.
Seketika terjadi pertempuran jarak dekat dan dari luar rumah keluar tiga peleton Belanda yang telah mengepung ikut dalam pertempuran. Letnan van Emde tewas beserta 5 orang tentara lainnya. Karena pasukan Haji Abdullah harus menghadapi jumlah musuh yang lebih besar maka mereka semua akhirnya harus gugur dalam pertempuran termasuk 4 orang pejuang wanita yaitu Aisyah, Hadijah, Kalimah, Bulan.
Seluruh pasukan Haji Abdullah gugur dalam medan perang pada peristiwa pembantaian di Sungai Malang Amuntai. Haji Abdullah dan para syuhada dimakamkan di Desa Jumba, Telaga Silaba, Amuntai, Hulu Sungai Utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAGIAN ANATOMI PADA SEBILAH KERIS

  BAGIAN ANATOMI PADA SEBILAH KERIS BAGIAN ANATOMI PADA SEBILAH KERIS : 1.   Pesi: Tangkai bilah yang dimasukkan ke dalam hulu (pegangan). 2...

Translate